Selasa, 29 November 2011

Kristus

 Menelan Kegelapan

… Kamu adalah terang dunia ….
Maut, kematian, dunia kegelapan seringkali merupakan sebuah identifikasi terhadap perlawanan dan “oposisi” dari Allah itu sendiri. Membicarakan kegelapan dengan lebih “jernih” merupakan kenikmatan tersendiri. Pernahkah anda memikirkan apa itu sebenarnya kegelapan?
Coba buatlah sebuah riset mengenai kegelapan. Seandainya anda membuat sebuah ruangan yang tertutup rapat 100%, sehingga tidak ada sebuah celah kecilpun yang ada sehingga bisa meloloskan diri. Ruangan tertutup itu terbuat dari bahan-bahan yang tidak memungkinkan sesuatu apapun bisa meloloskan diri. Tetapi dalam tempat tertutup rapat itu ditempatkan sebuah lampu.
Sekarang kita analisa dulu mengenai kegelapan tersebut.
Seandainya lampu tersebut kita buat dengan watt yang berbeda, ada 1 watt, 10 watt dan 100 watt. Bagaimanakah kondisi kegelapan dari kamar tersebut? Ternyata yang 1 watt gelapnya remang-remang, 10 watt lebih terang dan 100 watt terang sekali. Jadi kondisi gelap tersebut tergantung pada terang yang ada. Bukan sebaliknya.
Maksudnya?
Kalau ada kegelapan, kemudian datang terang…, maka kegelapan itu digantikan oleh terang.
Kalau ada terang, kemudian datang kegelapan, maka terang itu tetap bersinar, tidak bisa ditutup oleh kegelapan.
Sekali lagi…, kita sedang berbicara mengenai cahaya (terang dan gelap), bukannya asap, kabut dan sebagainya.
Apa yang bisa ditangkap oleh hal ini? Terang itu tidak bisa ditutupi oleh kegelapan. Kalau anda berbuat baik, maka kebaikan anda itu tidak bisa diabaikan. Mungkin informasinya di “tutup-tutupi”, tetapi dihadapan Allah tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi.
Kalau anda bersinar…, sejelek apapun orang menindas anda…, percayalah terang itu tetap bersinar, bahkan menyinari hati manusia yang “menyembunyikan” terang tersebut.
Setelah seseorang membunuh…, maka jiwa yang bersalah itu tidak bisa menutupi dirinya. Mungkin mulut berbohong…, tetapi hati nurani tetap berteriak…, karena gelap tidak bisa mengalahkan terang.
Cobalah renungkan prinsip ini…..
Peganglah kebenaran ini…, untuk menjadi kekuatan hidup anda…, untuk tidak takut hidup dalam terang, tidak takut berkata jujur dan tidak takut mengatakan kebenaran sejati.
Lebih lanjut lagi…, kembali ke riset yang tadi. Jikalau dalam ruangan yang tertutup rapat 100% itu gelap gulita karena tidak ada setitikpun cahaya yang masuk, kemudian lampu dinyalakan…, kemanakah perginya gelap itu?
Saya percaya, kecepatan perginya kegelapan itu secepat datangnya kecepatan cahaya juga…, namun pertanyaannya…, kemana perginya?
Bukankah kegelapan tidak bisa melarikan diri dan keluar dari ruangan tersebut? Karena seluruh ruangan telah tertutup rapat. Jadi…, kemana perginya kegelapan itu?
……
Kegelapan DITELAN oleh Terang.
Siapakah yang pernah menelan kegelapan? Siapakah yang pernah menelan maut?
Hanya ada satu manusia yang pernah berkata: Hai maut dimanakah sengatmu?
Saya tidak akan membahas mengenai siapa manusia tersebut, yang menantang maut dan bisa mengalahkan maut…
Kita teruskan pemikiran mengenai menelan kegelapan…
Saudaraku…, sesungguhnya ketika kita bersinar…, saat itulah kita juga “berkesempatan” untuk menikmati “kemenangan” atas kegelapan juga.
Segala macam kepahitan, kesulitan hidup, penderitaan tidak akan terasa…, kalau kita memfokuskan energi dan pikiran kita kepada terang itu sendiri. Dengan mengarahkan pikiran dan energi kepada terang yang “kita” punyai…, maka kesulitan tidak menjadi kesulitan lagi…, kesengsaraan tidak menjadi kesengsaraan lagi…, dukacita tidak menjadi dukacita lagi…, karena kita tidak melihat hal tersebut dari sudut pandang “kegelapan” melainkan kita menilainya dari sudut pandang terang.
Untuk contohnya, anda punya keterampilan memasak dan mempunyai warung masak yang sukses. Kemudian warung itu terbakar habis. Bagaimana reaksi anda?
Sederhana saja jawabannya…, kemana fokus pikiran anda? Anda fokuskan kepada terbakarnya warung anda atau kepada kemahiran memasak anda yang tidak pernah terbakar…?
Kalau anda fokuskan energi anda pada kesedihan…, kedukaan, kemarahan karena terbakarnya warung…, apa yang jiwa anda akan alami? Tetapi kalau energi anda difokuskan pada kemampuan memasak anda yang tidak pernah terbakar…, anda berkata…. “saya juga dulu memulai dari nol…, sekarang saya punya pengalaman membangun warung masak dan keahlian memasak saya semakin canggih…, saya akan memulai lagi…” Dengan prinsip seperti ini…, apakah yang jiwa anda akan alami?
……
Pertanyaan lebih lanjut…, bagaimanakah anda bisa bersinar terang?
Sedehana saja, anda harus kembali kepada sumber terang itu….
karena itu, ingatlah selalu…
…. Allah adalah Terang ….
bukan berarti Allah mempunyai terang, bukan berarti juga Allah menyimpan terang…, dan bukan juga Allah memiliki terang… tapi sesungguhnya itu berarti bahwa Allah adalah terang itu sendiri.
Ketika anda mendekati Allah…, saat itu juga anda sedang memancarkan (memantulkan) terang… dan kegelapan dalam diri anda akan hilang dengan sendirinya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar