Kamis, 24 November 2011

PENGARUH ILMU PENGETAHUAN PADA IMAN

AGAMA.

Sejak semula manusia sudah penuh pertanyaan mengenai alam semesta dan dirinya sendiri. Siapakah sesungguhnya saya ini? Mengapa saya ada disini? Setelah mati kemana saya? Manusia membutuhkan ilmu pengetahuan, tetapi banyak pertanyaan manusia tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan. Manusia butuh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.  Manusia butuh agama yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan manusia ini. Manusia tidak puas dengan ilmu pengetahuan saja.

Pernyataan-pernyataan agama pada umumnya tidak dapat diverifikasi dan/atau falsifikasi. Umpama mengenai keberadaan Tuhan. Inipun sesungghunya tidak dapat dibuktikan, tidak dapat diverifikasi /falsifikasi. Argumen kosmologis teleologis dsb dari Thomas Aquinas telah dibantah oleh filsuf-filsuf lain.

Bertrand Russel membahas soal ini dengan cara yang sederhana sekali. Siapa yang ciptakan alam semesta?. Tuhan! Siapa yang ciptakan Tuhan? Tuhan selamanya ada. Kalau ada yang selamanya ada, mengapa harus Tuhan? Mengapa bukan alam semesta saja? Keduanya sama logis atau sama onlogisnya. Keduanya sama-sama tidak dapat diverifikasi/falsifikasi. Karena Tuhan tidak kelihatan tetapi materi nyata, maka lebih masuk akal untuk mengatakan materi selamanya ada.

Agama adalah kepercayaan yang tidak dapat  diverifikasi/falsifikasi, jadi adalah kepercayaan non-ilmiah. Luther dan Calvin tidak pernah berpretensi bahwa teologi mereka “ilmiah”. Apalagi teolog-teolog sebelum mereka seperti Agustinus dan Thomas Aquinas, walaupun mereka mungkin terpengaruh filsuf-filsuf seperti Plato dan Aristoteles.



PENGARUH ILMU PENGETAHUAN PADA AGAMA KRISTEN.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang amat pesat menimbulkan kekaguman umat manusia kepada ilmu pengetahuan. Ini mempengaruhi seluruh kehidupan dan jalan pikiran umat manusia termasuk beberapa teolog. Metode-metode ilmu pengetahuan mereka berusaha trapkan kepada Alkitab. Ini kemudian mereka sebut sebagai: “Studi Kritis Alkitab”.  Kemudian lagi mereka kembangkan apa yang kini ada yang sebut sebagai teologi modern dan ada yang sebut teologi liberal.

Sejak abad ke-18 ada teolog yang berpretensi bahwa mereka adalah juga “ilmuwan” karena mereka trapkan metode-metode “ilmiah” dalam studi mereka. Mula-mula jumlah teolog seperti itu sedikit, tetapi kemudian makin lama makin banyak. Yang menolak kesimpulan-kesimpulan mereka mereka ejek sebagai
kuno, primitip, cupat, tertutup, orthodox atau fundamentalis. Sedangkan yang mau terima mereka puji sebagai berani, terbuka, modern dsb. Hal itu berlangsung sampai dengan sekarang.

Yang paling gigih mengembangkan “Studi Kritis Alkitab” ialah Tubingen Schule di-Tubingen, Jerman Barat.  Pengaruh teolog-teolog Tubingen ini kemudian mempengaruhi seluruh Eropah Barat dan kemudian Amerika Serikat.  Pengaruh ini juga masuk Indonesia melalui beberapa STT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar