Selasa, 29 November 2011

Merdeka dalam Kristus

(Galatia 5:13-15)

Pada umumnya surat Paulus selalu dibagi dua garis besar yaitu doktrin dan kewajiban-kewajiban praktis atau penerapan. Demikian juga, surat Galatia dibagi dua bagian. Pasal 1 – 4 bernada teologis dan pasal 5 – 6 bernada praktis. Banyak penyesatan terjadi karena mengabaikan ajaran yang benar dan banyak pula orang yang tersandung karena melihat orang Kristen tidak berbuat seperti apa yang telah diajarkan. Apa yang kita lakukan harus ada dasar (doktrin), tetapi tidak cukup doktrin karena doktrin harus diwujudkan dalam kehidupan nyata. Kehidupan Kristen harus seimbang antara doktrin dan kewajiban. Antara pengakuan kepercayaan dan tingkah laku. Vincent Taylor mengatakan demikian, ”Ujian bagi seorang teolog yang baik ialah: apakah teolog itu dapat menulis karangan yang sangat sederhana dan praktis”. Artinya, dapatkah teolog tersebut membahasakan pemikirannya yang tinggi itu dalam bahasa sederhana yang dapat diterapkan dalam hidup orang awam?

Dalam surat Galatia, Paulus m
engajarkan tentang kemerdekaan Kristen. Para penganut Yudaisme beranggapan bahwa doktrin Paulus tentang kasih karunia sangat berbahaya karena doktrinnya menggantikan Hukum Taurat. Jika segala peraturan dan standar kita dihapuskan, maka jemaat Tuhan akan berantakan. Tentu tidak demikian! Anugerah Allah pasti memberikan tanggung jawab! Seseorang yang hidup di dalam anugerah Allah seharusnya memiliki komitmen yang tinggi untuk lebih bertanggung jawab kepada Allah. Orang Kristen yang hidup dengan iman tak akan menjadi pemberontak.

Kata “merdeka” adalah kata yang indah untuk didengar. Merdeka adalah pengharapan bagi semua orang. Tak seorangpun yang rela diperbudak oleh orang lain. Semua ingin menikmati kemerdekaan karena setiap orang pasti merindukan kemerdekaan. Pertanyaannya, apakah benar orang yang hidup di negara merdeka dapat merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya? Bagaimana sikap yang seharusnya diwujudkan sebagai seorang yang merdeka? 

1. Hidup sebagai Hamba Kebenaran
Setelah dosa-dosa kita diampuni saat kita percaya kepada Yesus Kristus, ada kemungkinan kita jatuh ke dalam berbagai perbudakan lain. Jika tidak hati-hati, kita bisa diperbudak oleh berbagai ajaran tradisi dan filsafat manusia yang menyesatkan. Seperti jemaat Galatia, mereka berada dalam bahaya untuk dibawa kembali ke dalam perbudakan Hukum Taurat. Maka rasul Paulus dengan serius menasihati mereka untuk tidak membiarkan diri kembali diperbudak, sebaliknya mempertahankan kemerdekaan mereka dalam Kristus (Gal. 5:1). Mengapa? Orang Kristen adalah orang yang merdeka, sebab Yesus sudah mati di atas kayu salib. Ia telah mengalami pengampunan Allah dan sudah dibebaskan dari segala tuntutan dan ancaman Hukum Taurat. Hal ini bukan berarti bahwa seseorang dapat berbuat sesuka hatinya untuk memenuhi segala keinginannya sesuai kehendaknya sendiri. Tidak!

Kemerdekaan orang Kristen bukanlah jalan untuk dapat berbuat dosa melainkan kebebasan karena anugerah Allah untuk tidak berbuat dosa. Kebebasan tanpa batas selalu mengakibatkan pelampiasan keinginan daging (bd.Gal.5:15). Tetapi, Roh Kudus, Pribadi ilahi adalah mitra orang percaya yang memungkinkan kita untuk mengalahkan keinginan daging. Oleh karena itu, betapa perlunya hidup kita dikontrol atau dipimpin oleh Roh Kudus (Gal.5:16-26). 

John Newton, penulis lagu Amazing Grace, memiliki pengalaman hidup yang kelam sebagai seorang penjual budak, namun ia tidak menyadari bahwa ia sendiri sebenarnya budak yang lebih menyedihkan. Ia memperbudak sesamanya, namun ia sendiri adalah budak dosa. Ketika ia berjumpa dengan Kristus, ia sangat mengucap syukur kepada Tuhan yang telah memerdekakannya dari perbudakan dosa. Lantas, ia menjadi hamba Tuhan. 

2. Hidup dalam Kasih
Orang Kristen seharusnya memiliki jiwa seorang pelayan. Ungkapan layanilah memiliki arti melayani sebagai seorang budak. Hal ini dapat kita lakukan bila kita hidup di dalam kasih. Pada umumnya, ada banyak motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu kepada orang lain, dan bahkan cenderung untuk memanipulasi kasih. Karena ada maunya maka ia melakukan itu. Ungkapan kasih di sini berarti tanpa pamrih atau rela berkorban. Ingat kasih Yesus yang sudah dinyatakan bagi Anda! Apa pun yang dilakukan seseorang atas diri kita, entah itu perlakuan buruk namun kita akan tetap melakukan yang terbaik baginya, itulah wujud kasih. Seorang akan mampu mengasihi dengan baik bila ia sendiri mampu mengasihi dirinya sendiri secara sehat (Gal.5:14). Kemerdekaan akan membawa kita untuk lebih mengasihi orang lain dan melalui kasih itu kita akan melayani mereka sebagai seorang hamba.

Sumber: Majalah Bahana, Agustus 2009

By: Pdt. Henoch Edi Haryanto, M.Th | Vitamin |


Tidak ada komentar:

Posting Komentar